6Properti di Rejang Lebong dari Rp. 400.000. Cari penawaran terbaik untuk Properti di Rejang Lebong. (3811ef) rukan eksklusif curup kota bengkulu murah dijual cepat, rukan eksklusif di daerah curup kota, bengkulu, lt.110m, shm, 3lt, 3kt, 2km, ada taman. Lingkungan nyaman, sangat cocok untuk investa Masyarakatadat Banyuwangi patut bangga. Pemerintah RI memilih kabupaten ujung timur Pulau Jawa ini sebagai tuan rumah kegiatan penguatan lembaga adat yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME) dan Masyarakat Adat. Videoini dibuat untuk mengikuti lomba Karya Tulis Cagar Budaya di Provinsi Bengkulu, dan mendapat juara ke-3. Yang di selenggarakan oleh BPCB Jambi, Tahun 2 MEDIACENTER REJANG LEBONG - Bertempat di Kampung Inggris Desa Rimbo Recap Kecamatan Curup Selatan, Bupati Rejang Lebong Drs. Syamsul Effendi,MM, didampingi unsur Forkopimda Rejang Lebong secara serentak mengikuti Zoom Meeting bersama Kepala Kejaksaan Tinggi Provinsi Bengkulu DR.Heri Jerman SH, MH, yang didampingi Gubernur Provinsi Bengkulu DR. Sebuah Rumah Adat Rejang berdiri kokoh di Desa Air Meles Atas, Kecamatan Selupu Rejang, Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu. Bangunan yang ada sejak 108 tahun ini masih menyisakan sejumlah sejarah yang masih banyak belum terungkap. Pemilik rumah adat Rejang tersebut bernama Sabril, pria 52 tahun yang sebelumnya bekerja di salah satu perusahaan tambang. RejangLebong adalah sebuah wilayah di Bengkulu, Indonesia. Di sini terdapat beragam tipe properti, mulai dari apartemen, vila, hingga tanah. Lihat daftar lengkap properti dijual maupun untuk disewakan di Rejang Lebong untuk menemukan rumah impian Anda di sini. RUMAHINI DI BANGUN PADA TAHUN 1350 BERTEMPAT AIR MELES ATAS REJANG LEBONG ,Marilah Sama Sama Kita Menjaga Adat Dan Peninggalan Bersejarah Ini Rumahadat Rejang di Kabupaten Lebong LEBONG, Rumah Adat Rejang di simpang tiga menuju Pasar Muara Aman, tepatnya di Desa Kampung Muara Aman Kecamatan Lebong Utara Kabupaten Lebong, terbengkalai. Kepala Desa Kampung Muara Aman, Rodial mengatakan, rumah adat rejang tersebut diketahui sudah terlantar sekira 16 tahun. ''Banyak masyarakat yang mengeluhkan kondisi rumah adat [] SukuRejang berdiam di wilayah Bengkulu dan Sumatra Selatan pada wilayah yang sehari-hari dikenal sebagai Tanêak Jang (Tanah Rejang).Di antara 10 kabupaten dan kota di Bengkulu, masyarakat Rejang merupakan penduduk asli sekaligus suku dengan populasi yang signifikan di lima kabupaten, yaitu Bengkulu Tengah, Bengkulu Utara, Kepahiang, Lebong, dan Rejang Lebong. SukuRejang yang berada di Rejang Lebong memiliki tata cara adat pernikahan yang unik. Ada tiga istilah yang banyak dipakai di sini. Beleket: Pihak laki-laki memiliki wewenang penuh dalam mengatur urusan rumah tangganya tanpa ada turut campur dari keluarga pihak perempuan setelah disahkan pernikahan. JasaPengiriman Mobil Lebong Kabupaten Lebong adalah salah satu kabupaten di Provinsi Bengkulu, Indonesia, yang beribu kota di Tubei. Kabupaten ini merupakan kabupaten pemekaran dari kabupaten Rejang Lebong, dengan dasar hukum UU No. 39 Tahun 2003. Secara administratif terdiri atas 12 Kecamatan dengan 11 kelurahan dan 100 desa. PemerintahKabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu, akan melanjutkan pembangunan rumah adat Nusantara di kawasan Villa Diklat Danau Mas Harun Bastari Apalagiuntuk mendapatkan rumah dijual di Rejang Lebong yang sesuai kebutuhan kini juga tidak sulit, karena membantu Anda. Ada lebih dari 3 listing tersedia, mulai dari rumah minimalis di Rejang Lebong dan hunian menarik lainnya yang bisa Anda temukan dengan mudah dan cepat. SebuahRumah Adat Rejang berdiri kokoh di Desa Air Meles Atas, Kecamatan Selupu Rejang, Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu. Bangunan yang ada sejak 108 tahun ini masih menyisakan sejumlah sejarah yang masih banyak belum terungkap. REPUBLIKACO.ID,REJANG LEBONG -- Pemerintah Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu, akan melanjutkan pembangunan rumah adat Nusantara di kawasan Villa Diklat Danau Mas Harun Bastari (DMHB) di daerah itu. Pembangunan rumah adat Nusantara di kawasan wisata di daerah itu sebelumnya sudah ada 15 unit dan 15 unit lagi akan dibangun tahun ini. ebPl. Rejang Lebong, Bengkulu ANTARA - Pemerintah Kabupaten Pemkab Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu menggelar program bimbingan mental masyarakat yang tersebar di 15 kecamatan di wilayah itu. Kepala Bagian Kesejahteraan Rakyat Kesra Sekretariat Daerah Kabupaten Rejang Lebong Herwin Wijaya Kusuma di Rejang Lebong, Kamis, mengatakan program itu menyasar kalangan remaja, tokoh pemuda, tokoh masyarakat, pengurus badan musyawarah adat BMA desa dan kelurahan. "Program bimbingan mental dalam 15 kecamatan di Kabupaten Rejang Lebong tahun 2023 ini sudah dilaksanakan di dua kecamatan, yakni Curup Selatan dan Kecamatan Curup Timur. Untuk 13 kecamatan lainnya akan dilaksanakan dalam waktu dekat," kata dia. Dia menjelaskan program bimbingan mental dan spiritual yang dilaksanakan pemda setempat sejak beberapa tahun belakangan ini menyajikan materi antara lain tentang bahaya peredaran dan penyalahgunaan narkoba, pembinaan kerukunan rumah tangga, peningkatan pengetahuan keagamaan, dan pembinaan bidang kepemudaan. Para pemateri dalam kegiatan tersebut, kata dia, melibatkan pejabat dari Pemkab Rejang Lebong, petugas Polres Rejang Lebong, kejaksaan, Kementerian Agama, TP PKK Rejang Lebong, Baznas, dan Karang Taruna. Dia menjelaskan dalam pelaksanaan program bimbingan mental ini akan memberikan pemahaman kepada masyarakat, baik dalam bidang tata pemerintahan, hukum, adat istiadat, maupun perilaku hidup bermasyarakat. Bupati Rejang Lebong Syamsul Effendi saat memberikan sambutan pada program bimbingan mental yang dilaksanakan di Kecamatan Curup Timur, Rabu 7/6, meminta kalangan pemuda dan pemudi daerah itu untuk menjauhi narkoba dan tidak mengakses tontonan negatif melalui internet karena bisa merusak mental. Dia berharap, program ini menciptakan kerukunan masyarakat, menekan kasus kriminalitas dan penyalahgunaan narkoba, serta tercipta kepedulian sosial antarwarga. Desain Bentuk Rumah Adat Rejang Lebong dan Penjelasannya – Rejang Lebong adalah nama sebuah Kabupaten di Provinsi Bengkulu, Indonesia. Kabupaten Rejang Lebong berada di pulau Sumatera, beribokota Curup. Seperti halnya kabupaten lainnya di pulau Sumatera, kabupaten Rejang Lebong juga memiliki rumah adat tradisional sendiri yang mengandung nilai budaya dan arsitektur kearifan lokalnya. / Pada kesempatan kali ini saya akan membawa pembaca untuk melihat dan mengamati salah satu rumah adat Indonesia yang ada di pulau Sumatera, yaitu desain bentuk rumah adat Rejang Lebong dan Penjelasannya yang berada di Provinsi Bengkulu. Bahasan mengenai Desain Bentuk Rumah Adat Rejang Lebong dan Penjelasannya ini merupakan hasil studi dan survey langsung dari beberapa sumber yang terpercaya, baik penjelasan mengenai budayanya maupun dari sudut pandang arsitekturnya. Desain Bentuk Rumah Adat Rejang Lebong dan Penjelasannya dari segi Arsitektur Tradsional Nusantara Penjelasan Singkat mengenai Rumah Adat Orang Rejang Lebong Rumah adat asal Rejang Lebong ini dikenal dengan nama Umeak Potong Jang, yang memiliki arti kata masing-masing, umeak = Rumah, Potong = Buatan, dan Jang berarti Rejang, jadi jika diartikan secara bahasa, Umeak Potong Jang berarti Rumah buatan Rejang. Rumah adat Bengkulu ini juga biasa dikenal dengan sebutan Umeak-An. Kata An, berarti Kuno atau Lama. Rumah adat asli orang Rejang Lebong yang sebenarnya saat ini bisa dikatakan telah musnah, karena rumah adat yang masih ada sekarang ini sebenarnya telah dipengaruhi oleh suku Marajat yaitu suku yang ada di kab. Ogan Komering Ulu. Menurut para tetua yang masih mengingat detail tentang desain bentuk rumah Rejang Lebong yang asli, perubahan desain bentuk rumah adat Rejang Lebong yang dipengaruhi oleh suku Marajat adalah pada desain atapnya. Pada rumah adat asli orang Rejang Lebong, bubungan atap selalu melintang, sehingga tritisan air hujan selalu mengalir ke depan dan belakang, sedangkan rumah adat Rejang Lebong saat ini, yang telah dipengaruhi oleh budaya lain memiliki desain bentuk atap yang bubungannya membujur sehingga tritisan air hujan selalu mengalir ke sampig kiri dan kanan. Denah Rumah Adat Rejang Lebong dan Penjelsannya Total ruang dalam rumah adat Rejang Lebong adalah 7 ruang, masing-masing ruang memiliki fungsi masing-masing yang sangat penting yang antara ruang yang satu dengan yang lainnya tidak boleh ditukar atau dilanggar. Menurut kepercayaan warga Rejang Lebong, fungsi dan susunan ruang tersebut tidak boleh dilanggar karena sama halnya dengan melanggar adat istiadat yang telah diwariskan turun temurun oleh leluhur. Adapun susunan ruang dalam rumah adat Rejang Lebong adalah 1. Berendo, merupakan teras/beranda yang panjangnya selebar rumah. Ketinggian Lantainya lebih rendah depicing selangkah dari bagian dalam rumah. Berendo berfungsi sebagai tempat bersosialisasi dengan tamu, tetangga yang lewat, bertegur sapa, dan tempat bermain anak-anak. Selain itu dapat juga difungsikan sebagai tempat menukang, membuat alat transportasi, dan tempat menjemur. 2. Umeak Danea, Merupakan bagian ruang dalam paling depan. Umeak dana berfungsi sebagai tempat menerima tamu, bermusyawarah, tempat duduk para bujang waktu bersyair, dan tempat menerima tamu bagi anak gadis. 3. Pedukuak, Merupakan tempat tidur orang tua, juga terdapat pemenyap atau tempat menyimpan barang berharga dan tikar. 4. Geligei, merupakan bagian Loteng, tepat di atas Pedukuak dan Ruang menyambei. 5. Ruang Menyembei adalah ruang tidur anak gadis dan tempat mereka menyambut tamu teman perempuannya. Tangga untuk naik ke Geligei dapat di naik-turunkan 6. Dapur, merupakan tempat untuk memasak, berdiang, dan tempat makan. 7. Ga-ang, bagian dari dapur, dekat tangga luar belakang. Ga-ang merupakan ruang terbuka seperti Berendo. Berfungsi sebagai tempat mencuci, menyimpan air, dan menjemur bahan makanan. Lantainya terbuat dari Bambu bulat, sehingga waktu mencuci, air langsung mengalir ke bawah. Di ujung Ga-ang terdapat Kepato Lesat Buluak Bioa rak-rak tempat perian dan Bambu air. Itu dia detail-detal mengenai desain bentuk rumah adat Rejang Lebong dan Penjelsannya, semoga bermanfaat dan menambah kecitaan kita terhadap arsitektur Nusantara yang sarat akan nilai buday dan kearifan lokal yang dimiliki oleh daerah masing-masing. Sampai jumpa, salam Arsitektur Tradisional!! ^_^ Informasi Properti Rumah dan Perumahan di Indonesia Ilustrasi rumah adat. Foto Sebuah mobil melintas di depan sebuah Rumah Gadang rumah adat tradisional Minangkabau yang kondisinya rusak di Nagari Sumpu, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat, Ahad 23/2/2020Antara/Iggoy el Fitra LEBONG - Pemerintah Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu, akan melanjutkan pembangunan rumah adat Nusantara di kawasan Villa Diklat Danau Mas Harun Bastari DMHB di daerah itu. Pembangunan rumah adat Nusantara di kawasan wisata di daerah itu sebelumnya sudah ada 15 unit dan 15 unit lagi akan dibangun tahun ini. "Pembangunan rumah adat Nusantara ini akan kamilanjutkan pada Tahun 2020 ini dengan besaran anggaran yang disiapkan Rp 2 miliar yang ditargetkan bisa membangun 15 unit rumah adat," kata Kepala Dinas Pekerjaan Umum DPU Kabupaten Rejang Lebong Yusran Fauzi di Rejang Lebong, Senin 9/3. Dijelaskan dia, dengan adanya lanjutan pembangunan 15 unit rumah adat tersebut maka nantinya di kawasan Villa Diklat DMHB akan ada 30 unit bangunan rumah adat Nusantara dan masih tersisa empat unit lagi karena ini sesuai dengan jumlah provinsi di Indonesia. "Target Pemerintah Kabupaten Rejang Lebong adalah membangun 34 unit rumah adat sesuai dengan jumlah provinsi yang ada di Indonesia, karena rumah-rumah adat tersebut nantinya akan mewakili rumah adat dari setiap provinsi di Tanah Air," ujarnya. Sementara itu, pada pembangunan rumah adat yang mereka lakukan ini terlihat hampir sama besar, tetapi pada pelaksanaannya tidak sama mengingat rumah adat satu daerah dengan daerah lainnya memiliki bentuk yang berbeda-beda, terutama pada atap maupun ornamen lainnya. Sejauh ini pihaknya hanya melakukan pembangunan bangunan saja, sedangkan untuk proses selanjutnya diserahkan ke Dinas Pariwisata Kabupaten Rejang Lebong. Hal itu sudah berlaku kepada pembangunan rumah adat tahun anggaran sebelumnya, seperti pengadaan mebeler dan sarana pendukung lainnya. sumber ANTARA – Sebuah Rumah Adat Rejang berdiri kokoh di Desa Air Meles Atas, Kecamatan Selupu Rejang, Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu. Bangunan yang ada sejak 108 tahun ini masih menyisakan sejumlah sejarah yang masih banyak belum terungkap. Pemilik rumah adat Rejang tersebut bernama Sabril, pria 52 tahun yang sebelumnya bekerja di salah satu perusahaan tambang. Pria ini bukan asli suku Rejang, melainkan kelahiran Baturaja. Hanya saja, istrinya Sri Astuti ASN yang bekerja sebagai PNS di salah satu Sekolah Dasar di wilayah Rejang Lebong merupakan asli keturunan suku Rejang. Dia mengisahkan, dirinya rela memilih pensiun karena ketertarikannya terhadap peninggalan kebudayaan suku Rejang. Ketertarikannya bersama istri makin menjadi-jadi kala banyak penduduk dan juga pemuda asli Rejang yang terkesan tutup mata terhadap kebudayaan Suku Rejang. “Ini merupakan panggilan jiwa. Saya ingin melestarikan sisa-sisa peninggalan kebudayaan suku Rejang. Bersama istri sejak tahun 2012, kami pun mulai sering berkeliling ke sejumlah wilayah untuk mencari informasi sisa-sisa peninggalan kebudayaan suku Rejang dan mulai mengumpulkannya,” tuturnya. Awal cerita, Sabril mengisahkan bagaimana perjalanan rumah ini bisa berdiri di Desa Air Meles Atas. Sebelumnya dia berkenalan dengan seseorang budayawan dan peneliti adat kebudayaan Rejang kelahiran Padang yang berkediaman di Bandung, Beril C Samuel nama nya. Kepada Sabril, Beril banyak bercerita tentang peninggalan suku Rejang ada di sebuah museum di Negeri kincir Angin Belanda. Meski komunikasi hanya melalui media sosial, tujuan yang sama untuk melestarikan sisa-sisa kebudayaan Rejang pun membuat mereka makin akrab, maka selanjutnya terpikirlah oleh Sabril beserta istri untuk mencari dan menggali sisa-sisa peninggalan sejarah suku Rejang. Sejak tahun 2012, dia pun mulai melakukan perjalanan ke sejumlah wilayah yang masih memiliki histori kedekatan dengan suku Rejang. “Saya menggali informasi tentang sisa-sisa peninggalan kebudayaan Rejang, mulai dari kabupaten Lahat, Pagar Alam, Lebong, Rejang Lebong, termasuk Provinsi Bengkulu saya kunjungi. Kurang lebih selama tujuh tahun lamanya,” katanya. Singkat cerita, pada tahun 2016, dia mendapatkan informasi tentang adanya rumah peninggalan asli suku Rejang yang di beli oleh salah satu pengusaha kopi terkenal di kawasan kelurahan Sambe Baru. Dia pun segera mencari informasi tersebut dan ingin segera membelinya. “Perundingannya sempat alot kalau tidak salah hingga tiga bulan lebih, hingga akhirnya pengusaha tersebut bersedia menjual rumah itu, seingat saya seharga Rp35 juta,” ujarnya. Dokumentasi sebelum rumah adat Rejang dibeli oleh keluarga Sabril Harapan Sabril beserta istri saat itu pun hampir pupus. Selain adanya pihak lain yang berani membeli dengan harga tinggi, keterbatasan modal pun menjadi kendala saat itu. Tetapi, rezeki tak ke mana, budayawan mendukung penuh pembiayaan untuk membeli rumah tersebut. Setelah proses jual beli selesai dilakukan, akhirnya rumah tersebut didirikan di tanah miliknya yang luasnya mencapai kurang lebih ¼ hektare. Proses pemugaran pun dilakukan. Karena, kata dia, beberapa kayu rumah sudah tidak bisa lagi digunakan sehingga perlu di ganti. “Ada beberapa kayu yang mesti diganti, kami mengeluarkan dana pribadi. Kita bangun ulang tanpa mengubah kondisi bangunan seperti awal. Hanya di bagian atap kita renovasi total,” ungkapnya. Sabril mengisahkan, konon cerita rumah yang sudah ada sejak tahun 1322 Hijriah atau sekitar tahun 1911 tersebut ditempati oleh keluarga bangsawan yang dikenal dengan Pangeran Hj Ali Hanafiah. Pangeran tersebut terkenal hingga ke wilayah Talang Ulu. Hingga akhirnya generasi berikutnya yang menempati rumah tersebut bernama Herman. Rumah tersebut sebelumnya masih berdiri kokoh di Kelurahan Sambe Baru. Sayangnya, informasi tentang keturunan ini putus karena tidak ada literasi yang menuliskan sejarah tentang keluarga bangsawan tersebut. Pelakat yang menunjukan rumah adat Rejang dibangun pada tahun 1322 Hijriah atau dibangun sekitar tahun 1911 Hal tersebut dibuktikan dengan adanya ukiran berbentuk bintang yang terbuat dari besi baja di salah satu pintu masuk di dalam rumah. Berdasarkan cerita pemuka adat dan informasi yang dia gali, ukiran tersebutlah yang menandakan bahwa rumah itu dahulunya milik salah satu keluarga bangsawan berdarah Rejang. Ukiran berbentuk bintang yang terpasang tepat di bawah pintu menuju ruang keluarga. Ukiran inilah yang menurut cerita bahwa rumah tersebut merupakan milik bangsawan asli Rejang. Selain itu, melalui informasi yang dia dapatkan, bagian-bagian dari rumah tersebut menandakan rumah itu menyimpan sejarah kebesaran suku Rejang. Terdapat tiga bagian yang menurutnya identik dengan karakteristik rumah adat Rejang. Ada tiga tingkatan. Tingkatan pertama berada di teras yang ditempati para prajurit. Tingkatan kedua di tempati para punggawa. “Tingkatan ketiga ditempati oleh para pemangku adat, sedangkan di bawah rumah ditempati oleh para pengawal,”jelasnya. Rumah yang berukuran ten x 24 meter ini masih banyak menyimpan sejarah yang belum terungkap. Ukiran-ukiran khas rumah adat Rejang masih terpasang dan tersusun rapi. Meski sempat dilakukan pemugaran, namun tidak mengubah identitasnya. Salah satu kamar di dalam rumah tersebut masih terpasang plafon yang bersusun sirih, yang merupakan ciri khas plafon rumah adat Rejang. Di salah satu ruangan yang biasa digunakan sebagai dapur terdapat ranjang. Ranjang ini bernama Ranjang Siti Nurbaya. Menurut Sabril, berdasarkan bentuk dan bahannya, ranjang ini merupakan generasi kedua. Konon ceritanya, rumah yang sudah berumur ratusan tahun ini di bangun menggunakan satu pohon kayu berjenis Medang Batu. Untuk memotong pohon tersebut masih menggunakan tenaga transmission dengan proses pemotongan pohon untuk menjadi beberapa bagian memerlukan waktu hingga empat bulan lamanya. Sedangkan untuk mendirikan bangunannya memerlukan waktu hingga kurang lebih empat tahun lamanya. Ada kemiripan dengan rumah adat Limas Palembang, namun yang membedakannya terdapat pada ukiran kayu. Rumah adat Rejang yang juga disebut sebagai rumah Selupoak atau Rejang Musie ini memiliki karakteristik ukiran motif rayapan daun labung kuning atau perenggi, sedangkan rumah Limas Palembang bermotifkan bunga Teratai. Bagian-bagian di dalam rumah Adat Rejang, salah satu foto menunjukan ukuran berbentuk Bintang, ukiran inilah yang memperkuat bahwa rumah tersebut sempat dihuni keluarga Bangsawan Dukungan Masyarakat dan Komunitas Mulai Mengalir Sejak dibuka untuk umum pada 2017 lalu, rumah ini dijadikan sebagai objek wisata budaya Rejang. Dukungan dari sebagian masyarakat dan komunitas yang peduli tentang kebudayaan suku Rejang mulai mengalir. Beberapa benda pusaka peninggalan Suku Rejang pun mulai mengisi di dalam ruangan rumah adat. Selain benda pusaka, terdapat juga jam tangan yang konon ceritanya hanya digunakan oleh pangeran Rejang. Beberapa uang peradaban dulu pun turut serta mengisi ruangan. “Selain saya dan istri kumpulkan sendiri benda-benda peninggalan tersebut, ada juga pemberian secara sukarela dari masyarakat. Kami sekarang masih melakukan penelitian dan menginventarisir benda-benda tersebut,” ujarnya. Sabril pun bercerita, sejak dibuka, banyak wisatawan, baik lokal dan di luar kabupaten Rejang Lebong yang berdatangan. Bahkan, kata dia, ada wisatawan yang ingin membeli salah satu benda pusaka dengan iming-iming tanah yang cukup luas sebagai penggantinya. “Sempat ada yang ingin salah satu benda pusaka ini. Sebagai gantinya, wisatawan tersebut akan memberikan saya tanah. Jelas saya tolak tawaran tersebut, karena niat saya adalah ingin menjaga dan melestarikan kebudayaan suku Rejang,” ungkapnya. Selain masyarakat yang turut mendukung, terdapat salah satu komunitas yang saat ini turut membantu Sabril guna melestarikan budaya serta benda-benda peninggalan suku Rejang. Komunitas tersebut bernama Ruang Sejuk. Komunitas ini berdiri sebagai karena keresahan mereka terhadap budaya, kesenian hingga sosial yang makin tergerus dan dilupakan oleh masyarakatnya sendiri. “Tujuannya satu, kita ingin melestarikan dan menyelamatkan kebudayaan Rejang, yang mulai tergerus dan dilupakan oleh generasinya sendiri. Rumah adat Rejang milik pak Sabril ini kami namai rumah pusaka. Dari rumah inilah kami akan mewujudkan tujuan kami tersebut,” kata Angga Putra Satria Amin, salah satu penggagas komunitas Ruang Sejuk. Benda-benda peninggalan suku Rejang yang dikumpulkan Sabril beserta istri. Sebagian dari benda-benda tersebut merupakan sumbangsih masyarakat yang mulai peduli Komunitas ini berisikan dari berbagai kalangan pemuda, mulai dari mahasiswa, penulis, sastrawan, hingga pedagang. Komunitas ini nantinya akan membantu Sabril mempromosikan rumah adat Rejang melalui kemampuan yang mereka miliki, termasuk membuat literasi tentang barang-barang peninggalan kebudayaan Suku Rejang yang saat ini mengisi di dalam rumah adat Rejang. “Kita akan membantu mang Sabril begitu mereka menyebutnya membuat literasi soal histori dari benda-benda yang saat ini terdapat di dalam rumah adat rejang,” tandasnya. Butuh Perhatian Pemerintah Sabril mengungkapkan, sejak mendirikan kembali bangunan Rumah Adat Rejang hingga saat ini, dukungan dari Pemerintah Kabupaten Rejang Lebong sama sekali belum ada. Padahal, keinginan Sabril beserta istri dan komunitas Ruang Sejuk menjadikan Rumah Adat Rejang miliknya sebagai wisata budaya dan juga pusat informasi kebudayaan Suku Rejang. Sabril 52, pria yang mempunyai keinginan dan tekad yang kuat untuk melestarikan kebudayaan suku Rejang Dia juga berkeinginan mengaktifkan kembali kebudayaan suku Rejang lainnya yang saat ini mulai tergerus oleh zaman, di antaranya adalah menjadikan kawasan rumah adat Rejang sebagai pusat latihan kesenian bela diri suku Rejang Silat Rejang dan Tari Kejei yang merupakan tari sakral asli suku Rejang. “Saat ini kami masih perlu dukungan, harapannya dari pemerintah daerah. Saya ingin menjadikan kawasan ini sebagai pusat informasi dan juga latihan untuk melestarikan kembali kesenian-kesenian asli suku Rejang yang sudah makin hilang.” dilansir qureta editor mas bro JBO

rumah adat rejang lebong